Perkembangan Barbershop di Indonesia
Usaha barbershop di Indonesia memiliki peluang yang sangat baik, terbukti dengan berdirinya puluhan atau bahkan ratusan barbershop yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Di zaman digital plus metroseksual ini, kian banyak lelaki yang mendambakan penampilan elok dan rapi. Buktinya pelanggan salon-salon ketampanan para lelaki itu tetap membeludak.
Agar tak dicap keperempuan-perempuanan, barbershop umumnya menampilkan nuansa maskulin yang amat kental, mulai dari desain interior yang bertema pria, sumber daya manusia (tukang cukur) yang juga pria dan konsumen/pengunjung pun khusus untuk pria dan satu hal unik yang menjadi ciri khas barbershop adalah pembayaran jasa pelayanan barbershop harus dilakukan secara tunai tanpa menggunakan kartu kredit atau alat pembayaran lainnya.
Tidak sembarang tempat potong rambut dan merapikan kumis jenggot bisa menyandang nama barbershop. Sebuah barbershop harus dilengkapi berbagai peralatan khas. Sebutlah lampu berulir dengan warna merah, putih, biru yang berputar-putar di depan toko. Barbershop juga harus memiliki tempat duduk khusus dengan satu kaki untuk potong rambut.
Barbershop tidak memiliki batasan usia baik anak-anak maupun dewasa dapat berkunjung ke sana. Sebenarnya Barbershop hendak menjaring para lelaki yang hendak ''merapikan'' dirinya. Mau merapikan rambut di DPR alias di bawah pohon rindang, mereka enggan. Selain dirasa kurang nyaman, juga tidak bergengsi. Mau masuk ke salon biasa, mereka juga malu dibilang feminin. Maklum, salon-salon biasa memang kebanyakan diisi perempuan. Oleh karena itu barbershop menjadi pilihan yang sangat tepat bagi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar